Laman

Selasa, 06 Juni 2017

ROH KUDUS, BENERAN ADA APA SUATU KEBOHONGAN?


Sebagai umat Kristen, dulu saya diusik dengan judul di atas. Namun saya sekarang benar-benar percaya 100 % bahwa Roh Kudus itu benar-benar ada.

Tulisan ini kesaksian saya berkaitan dengan Roh Kudus. Setelah hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus tahun 2013 di gereja saya menjalankan doa selama sepuluh hari sebelum hari raya pentakosta. Itu sudah menjadi rutinitas setiap tahun. Pendeta saya mengatakan mintalah Roh Kudus kepada Tuhan, maka Tuhan akan penuhkan. Roh Kudus akan memimpin orang-orang yang dikuasai oleh-Nya. Sampai hari ke sepuluh, saya tidak juga merasakan suatu hal luar biasa. Bagaimana sih rasanya kepenuhan itu? Ah... Jangan-jangan Roh Kudus itu gak ada. Cuma omongan pendeta saja.

Pas hari terakhir, hari itu hari Minggu, hari pentakosta. Pendeta saya sekali lagi bilang, mintalah, maka Tuhan akan memberi. Anak kuliah perlu Roh Kudus untuk membuat berhasil dan mengingatkan segala sesuatu. Benak saya langsung berkata, ah masak Roh Kudus itu beneran ada? Apa aku mempercayai sesuatu yang salah? Masak sih ada? Saat itu saya berdoa pada Tuhan. Tuhan tolong tunjukkan kalau Roh Kudus itu benar-benar ada. Sekali lagi pendeta saya mengatakan bahwa Roh Kudus itu tidak akan membiarkan yatim piatu. Ibu bapak saya non Kristen, jadi sebenarnya secara rohani saya ini yatim piatu. Tidak mempunyai orang tua seiman yang dapat mengingatkan saya akan segala hal terkait rohani kristen saya. Aku pengen gak yatim piatu lagi. Saya nggak tahu, apakah dengan tidak kepenuhan Roh Kudus begini saya akan kuat mempertahankan iman saya kepada Tuhan. Ini keinginan kuat saya. Namun apa yang terjadi?

Setelah firman Tuhan selesai, ada altar call di depan. Saya maju ke depan, ingin merasakan bagaimana rasanya dipenuhi Roh Kudus. Saat saya berdoa di depan dan pendeta menjamah kepala saya, saya tiba-tiba berbicara sesuatu yang manusia tidak mengerti. Segala hal terkait dosa saya terekam dengan jelas saat itu. Dosanya apa saja saya keep ya. Hehehe. Cukup saya saja yang tahu masa lalu saya. :)

Jerit tangis keras saya memenuhi gereja. Seketika itu saya berbicara dengan bahasa lain namun saya mengerti apa yang saya bicarakan. Kalau pembaca bingung apa yang saya maksudkan, gambarannya begini: misalkan saya berbicara “saya sekarang sedang makan”, maka yang keluar dari mulut saya bukan “saya sekarang sedang makan”, namun bahasa lain, saya tidak tahu itu bahasa apa. Saya meminta ampun pada Tuhan segala dosa saya sambil air mata saya terus menetes. Sampai doa di depan selesai, saya tidak tahu saking saya menikmati apa yang saya alami. Akhirnya pendeta saya menyuruh saya kembali ke tempat duduk. Sepanjang jalan menuju tempat duduk, mata saya melek, namun saya tidak berhenti memanjatkan doa pada Tuhan, mulut saya tidak berhenti untuk berkata bahasa lain.

Akhirnya sampai di tempat duduk, dengan spontan saya melanjutkan doa saya. Mata saya terpejam, tangan saya terlipat di atas paha sambil duduk, berdoa pada Tuhan, terimakasih pada Tuhan, mohon ampun pada Tuhan, sambil meneteskan air mata. Begitulah yang saya lakukan sampai ibadah selesai. Sampai doa penutup saya baru membuka mata saya. Pendeta bilang “ amin”, lalu saya membuka mata. Suara saya menjadi serak. Saya merasakan hati saya seperti terbebas dari sesuatu yang selama ini membelenggu saya. Maklum dosa saya itu segunung. Namun saat itu saya sudah bisa melepas semua. Hati saya terasa lega. :-) Sepulang dari gereja, pendeta saya mengatakan “selamat ya”, “tetap berdoa terus kepada Tuhan”. Apa itu maksudnya? Apakah yang saya alami barusan adalah tanda bahwa saya kepenuhan Roh Kudus? Dalam benak saya masih belum percaya. Kita lihat hasilnya. Apakah perilaku saya diubahkan seperti yang dikatakan pendeta saya.

Sejak saat itu, setiap ada doa kepenuhan Roh Kudus, saya selalu begitu. Berkata dengan bahasa lain. Bahkan kejadiannya lebih dahsyat lagi. Tubuh saya bergetar hebat seperti kesetrum. Hal ini saya alami dalam suasana doa kepada Tuhan. Apa yang ingin saya katakan, yang keluar dari mulut saya bukan bahasa yang ingin saya katakan. Meskipun demikian, saya tetap dapat mengendalikan tubuh saya, saya mampu mendengar apa yang dikatakan pendeta saya. Kadang saya mengalami ini sampai saya lemas dan rebah ke lantai. Namun setelah saya mengalami ini, segala hal yang menjadi beban saya terasa hilang. Saya yakin ini bukan suatu kesurupan. Namun bila orang melihat seperti seolah-olah saya sedang kerasukan setan. Bukan. Saya tidak kerasukan setan. Bagaimana saya dapat menyimpulkan saya tidak kerasukan setan? Sedikit demi sedikit saya diubahkan oleh Tuhan.

Roh itu mengendalikan diri saya. Meskipun itu tidak terjadi dalam sekejap setelah saya mengalami peristiwa yang saya ceritakan sebelumnya, namun ini benar-benar terjadi. Roh mengendalikan saya secara bertahap.

Sejak kejadian itu, saya lebih sensitif. Perubahan pertama yang saya alami, saya menjadi semakin rindu ke gereja. Dulu saya jarang ibadah pemuda setiap malam Minggu. Tetapi sejak saat itu, saya rutin mengikuti ibadah-ibadah. Perasaan rindu untuk memuji dan mendengar firman lebih dalam lagi. Saya makin suka mendengar lagu pujian. Saya merasakan kegembiraan, sukacita, dan kedamaian luar biasa saat saya mendengar pujian. Saya seperti digerakkan oleh suatu keinginan yang kuat. Sejak saat itu, saya rutin doa safaat setiap hari. Doa yang sebelumnya hanya lima menit terasa lama, namun sekarang saya berdoa sampai 30 menitpun terasa sebentar. Saya menjadi penikmat doa. Saya seolah-olah memandang wajah Tuhan dan merasakan kehadiranNya. Dia mendengar segala keluh kesah saya. Saat saya ada masalah, saya datang kepada Tuhan. Cerita kepada Tuhan. Cerita tentang perasaan saya, pikiran saya, dan hati saya kepada Tuhan. Selesai saya berdoa, saya merasakan kelegaan.

Selain dalam hal berdoa. Makin ke sini, saya suka membaca Alkitab. Dulu saya melihat Alkitab saja sudah malas, apalagi membuka lalu membaca. Hehehehe.... Sekarang saya suka mencatat apa yang dikhotbahkan pendeta di sebuah buku kecil. Saya lebih mendengar khotbah dengan cermat.

Dulu saya tidak suka membayar perpuluhan. Sekarang rutin setiap bulan saya membayar perpuluhan. Kata orang, “kamu kan belum bekerja, kenapa bayar perpuluhan?” Ya, saya memang belum bekerja, tapi saya merasa uang yang saya terima itu juga berkat Tuhan. Ini juga sebagai sarana pendidikan saya. Bagaimana saya setia mengembalikan milik Tuhan mulai dari yang terkecil. Jadi nanti kalau saya sudah bekerja dan mendapat uang yang lebih besar dari sekarang, saya bisa tetap setia mengembalikan milik Tuhan.

Dan janji Tuhan itu memang benar. Meskipun saya rutin mengembalikan milik Tuhan setiap bulan, namun saya tidak pernah kekurangan. Selalu saja ada jalan sehingga apa yang saya butuhkan selalu dicukupkan oleh Tuhan. Kalau boleh cerita, saya masuk kuliah hanya modal nekat dengan modal uang sedikit sisa saya 2 tahun bekerja. Belum saya kurangi dengan beli laptop. Orang kuliah kan pasti butuh laptop ya.

Puji Tuhannya, saat itu kuliah tidakada uang gedung, tapi UKT, jadi agak dimudahkan. Semester-semester selanjutnya agak terasa berat. Setiap semester harus membayar UKT dan uang kos. Belum beli buku, uang makan, dan biaya lain-lain. Aduh uang darimana itu semua? Kasihan orang tuaku. Mereka akan bekerja terlalu keras demi kuliahku. Ya, Anda benar. Uang dari Tuhan. :) Dua tahun berturut-turut saya mendapatkan beasiswa. Saya mendapat uang sampingan dari berjualan pulsa. Tahun selanjutnya meskipun saya tidak mendapat beasiswa, namun PKM saya lolos dan didanai dikti. Luar biasa bukan? :) Dan sekarang ada seseorang yang menanggung segala biaya kuliah saya. Seorang terkasih dalam hidup saya. Tidak cukup sampai disini. Saya ikut organisasi kerohanian kampus. Dimana organisasi itu juga mewajibkan untuk membayar jaim dan iuran-iuran. Namun Tuhan tetap cukupkan. :) Secara logika, uang harus berkurang setiap bulan tapi kok malah gak pernah kurang. Namun itulah kenyataannya. :)

Selain itu, saya sekarang juga lebih sensitif terhadap apa mau Tuhan. Pernah lo... Saya hari Minggu tidak ingin ke gereja. Maklumlah, setan itu mencoba menggoda saya. Namun saya merasa seperti ada suara berbisik kepada saya. “Kamu Kristen apa Islam gak ada bedanya kalau kamu gak ke gereja.” Bisikan itu muncul karena saya mulai ragu-ragu untuk ke gereja. Dan akhirnya saya memutuskan untuk ke gereja. Setiap firman Tuhan yang diucapkan oleh pendeta saya lebih sensitif. Beberapa kali itu sangat mengenai saya. Tuhan selalu mengingatkan saya melalui firman maupun renungan yang saya baca. Ya, selalu. :) Setiap saya melakukan kesalahan, saya selalu lebih sensitif. Ketika saya tidak berdoa kepada Tuhan, hati saya terasa kering. Ya, itu benar.

Dulu saya benci sekali dengan seseorang karena telah menyakiti orang yang saya kasihi. Namun Tuhan mengingatkan saya melalui khotbah pendeta di gereja bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita karena Tuhan terlebih dahulu mengampuni kita. Ibarat kita tidak layak untuk tidak mengampuni orang. Itu memang tidak mudah. Namun saya dapat melakukannya. Saya sekarang dapat ngobrol santai dengan dia. Dulu, jangankan saya berbicara dua mata, melihatnya saja saya ingin memukulnya. :)

Iman saya menjadi semakin kuat dan kokoh. Meskipun saya bergaul dengan orang-orang Muslim yang alim dan beberapa kali saya dipengaruhi orang untuk berpindah keyakinan, namun saya tidak mengikuti itu. Termasuk ajakan orang tua saya. Dulu saya mendengar bahwa kalau saya tidak ikut orang tua saya, orang tua saya akan masuk neraka. Namun setelah Roh Kudus ada dalam hidup saya, saya malah yakin kalau orang tua saya tidak akan masuk neraka karena saya percaya pada Tuhan Yesus Kristus. Kalau secara manusia memang saya harus menuruti kepercayaan orang tua saya, namun tidak semudah itu. Tuhan sudah menyentuh hati saya untuk berpegang teguh pada-Nya. Saya tidak mau menjual iman dan keselamatan saya. Dulu saya masih mencari jati diri, namun sekarang saya sudah mantap. Percaya Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya. Sekarang saya seperti memiliki suatu kekuatan yang selalu memegang saya. Ada tangan tak tampak yang selalu menggandeng saya sehingga iman saya tetap kuat. Tak tampak namun dapat dirasakan.

Sekali lagi, apa yang saya alami tersebut bukan kerasukan setan, tapi kepenuhan Roh Kudus. Kalau saya kerasukan setan, tidak mungkin saya mengalami kehidupan yang lebih baik. :)Sampai detik saya menulis cerita saya ini, saya bersyukur mengenal Tuhan. Saya sekarang tidak merasa yatim piatu lagi. Apa yang terdapat dalam Alkitab mengenai Roh Kudus itu benar semua. Mungkin Anda tidak percaya. Ah ini hanya omong kosong yang terlalu dilebih-lebihkan. Ya silahkan Anda berpikir seperti itu. Ini adalah realita yang saya alami dan saya tidak menuntut Anda untuk percaya kepada saya. Karena memang benar kata firman Tuhan. Dunia tidak dapat menerima karena belum mengenal Dia.

Yohanes 14:17-18
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”

Percaya kepada keberadaan Roh Kudus itu tidak dapat dipaksakan. Namun apabila Tuhan sudah menyentuh hati dan memberikan kuasanya untuk kita, maka kita akan percaya. Bahasa Roh itu bukan dibuat-buat namun terucap dengan sendirinya. Seperti yang saya katakan tadi. Saya berdoa ingin mengatakan sesuatu dengan bahasa Indonesia, namun yang terucap mungkin bahasa lain. Silahkan Anda alami sendiri lawatan Tuhan melalui Roh-Nya.

God Bless You :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar